17 September 2009

Orang Bijak Nggak Takut Pajak


Masa sih mau pinjam uang aja harus punya NPWP ? Kan saya cuma karyawan, gaji saya juga udah saya terima utuh dipotong pajak, masa sih harus buat NPWP juga ? apa fungsinya ?”
“ Waduh Pak, saya cuma menjalankan aturan saja Pak, salah satu syarat untuk memperoleh pinjaman yang besarannya di atas Rp.100 juta memang harus memiliki NPWP Pak.Nggak sulit kok Pak buatnya, nasabah kami sebelum Bapak Cuma butuh 3 hari sudah jadi tuh.”
“Bukan masalah sulit atau tidak mas, masalahnya kalau sudah punya NPWP pasti ruwet deh urusannya. Pokoknya nggak nyaman”

Potongan percakapan pendek antara nasabah dan marketing yang saya dengar sambil lalu saat sedang bertransaksi di sebuah bank pemerintah di daerah Jakarta Selatan.
Pemerintah mencanangkan untuk meningkatkan pendapatan melalui pajak. Dan masalahnya adalah bila dulu konsentrasinya hanya dari usaha, saat ini pemerintah mengalihkan prioritasnya ke personal. Yang berarti Anda dan Saya.

Pajak, Menyulitkan tapi apa benar ?

Bicara pajak tidak pernah lepas dari masalah sulit dan susah. Mulai dari cara mengisinya, istilah-istilahnya, aturannya bahkan mungkin juga orang-orangnya. Ya sebagian dari kita pasti berpikiran seperti itu. Tapi kalau mau jujur,berapa dari kita yang pernah benar-benar disulitkan ? atau benar-benar disusahkan oleh pajak maupun orang-orangnya ? jujur deh, pasti sebagian dari kita hanya mengetahuinya dari cerita. Atau mengetahuinya dari gosip. Bagaimana kita bisa tahu bahwa pajak itu menyulitkan, menyusahkan atau orang-orangnya nggak bener kalau kita aja nggak pernah mengurus pajak kita secara langsung ya nggak.
Jujur aja, berapa sih dari kita yang membayar STNK tanpa calo ? berapa dari kita yang mengurus pajak jual beli tanpa notaris atau pernah tahu nggak kalau bayar PBB bisa dilakukan di kelurahan ?
Pengalaman saya mengurus perpanjangan STNK kendaraan dan membantu mengurus pembayaran pajak seorang teman tidaklah serumit yang dibayangkan. Bila terlihat rumit atau sulit, lebih kepada kita yang tidak mau bertanya dan oknum petugas yang tidak mau menjalankan fungsinya. Jadi jangan pernah mengatakan sulit dulu sebelum mencobanya secara langsung.

Anda Berhak untuk Dilayani

Tahu apa kepanjangan dari KPP ?
KPP adalah singkatan dari Kantor Pelayanan Pajak. Nah kalau Anda perhatikan, fungsi dasar didirikannya kantor ini adalah untuk melayani .Khususnya permasalahan pajak. Jadi kalau kita meminta dilayani maksimal memang itu adalah tugas mereka dan hak kita. Pemerintah melalui petugas pajak sudah mengusahakan agar pajak tidak lagi menjadi “momok” yang menakutkan bagi setiap orang. Pajak yang seharusnya menjadi bentuk partisipasi rakyat untuk negara dan pemerintahannya seharusnya menjadi hal yang membanggakan yang bisa dilakukan rakyat kepada pemerintahnya. Bayangkan kita membantu negara untuk membangun. Kalau tidak ada uang kita, mungkin negara kita nggak bisa membangun jembatan lho. Ya iya lah, dana Rp.1 milyar uang untuk membangun jembatan apabila kurang Rp.100 ribu dari pajak kita, jumlahnya juga nggak jadi Rp.1 milyar kan, ya nggak.
Nah karena kita memang berhak untuk dilayani, cobalah untuk mengurusnya secara langsung. Kalau ngga mau bertemu dengan “oknum”nya, kita bisa kok membayarnya melalui ATM dan mengisi form nya lewat internet. Jadi nggak kenal ada calo dan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kalau Kurang Bayar, Kalau Lebih Kembali

Tapi, bagaimana bila terjadi kesalahan ?
Ingat, karena kita di KPP dilayani, maka kita memiliki hak untuk minta dilayani. Artinya kalau memang belum ngerti ya tanya sampai ngerti, kalau takut salah, minta petunjuk supaya bener dan kalau nggak berani bayar, minta anterin deh untuk bayarnya. Enak kan.
Tapi walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya dengan benar, bisa saja terjadi suatu kesalahan. Kalau kesalahan itu hanya bersifat administratif, mungkin tidak terlalu bermasalah. Tapi bagaimana bila kesalahan itu bersifat finansial seperti kelebihan bayar atau kekurangan bayar ?
Ya, namanya juga kewajiban, kalau kurang kita harus menggenapi atau membayar kekurangannya. Kalau lebih ? seharusnya sih pemerintah akan mengembalikannya. Apa mungkin ? mungkin lo. Pemerintah memungkinkan hal itu. Pengembalian pajak disebut dengan restitusi. Jadi pemerintah berkewajiban mengembalikan kelebihan pembayaran kita. Tapi memang tidak setiap bulan sih, karena pemerintah menghitung total pembayaran pajak kita per tahun, maka kalau lebih akan kembalikan di akhir tahun pajak.
Ya rugi dong masa baru dikembalikan setahun lagi. Ngga juga lah, mending telat dari pada nggak kembali ya nggak.

Kesimpulan

Pajak memang menjadi kewajiban setiap rakyat. tapi sebagai rakyat, kita harus melaksanakannya dengan rasa bangga dan terhormat. Bayangkan, kita ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan dan penyelenggaraan negara. Yang artinya pemerintah membutuhkan kita untuk membangun. Nah karena mereka butuh, wajar dong kalau kita dilayani. Minta pelayanan maksimal yang sesuai aturan adalah hak penuh kita. Soalnya kalau terjadi kesalahan dan bayar pajaknya salah kan yang rugi nagara juga. Walaupun kalau lebih pembayaran kita bisa di kembalikan, tapi alangkah baiknya bila hal itu tidak terjadi. Dengan mengerti dan mengetahui hak kita, maka nggak pelu takut deh dengan yang namanya pajak.

30 Juli 2009

Obesitas di Keuangan


Ternyata keuangan dan kesehatan bisa klop kok :)






Kepada Bapak Eko Endarto di Natura

Perkenalkan nama saya Rivai di Depok Jakarta.
Saya berusia 42 tahun dan bekerja sebagai seorang dokter spesialis di Jakarta. Istri saya juga bekerja sebagai dokter, dan bisa dikatakan penghasilan kami lebih dari cukup sehingga memungkinkan kami untuk bisa berinvestasi.
Investasi kami beragam, namun saya bisa katakan sebagian besar di property seperti 2 buah ruko, tanah di beberapa lokasi baik Jakarta maupun luar Jakarta, Apartemen di Jakarta dan Bandung dan tentu saja beberapa buah rumah.
Semuanya kami tujukan untuk investasi kami, bagaimana menurut Bapak, sudah baguskan investasi yang kami lakukan ? terus terang kami lebih yakin invest di produk yang berbentuk dan pasti naik seperti property dan tentu saja peningkatannya juga tinggi.

Rivai – Depok


Dr Rivai di Depok.
Senang sekali bisa mengenal Anda. Dan tentu saja sangat bangga dengan kepercayaan Anda untuk mendiskusikan dan saling berbagi masalah keuangan di majalah Natura.
Berinvestasi adalah biaya yang kita keluarkan saat ini untuk pengeluaran di waktu yang akan datang. Jadi kita bersakit dulu dan bersenang kemudian.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi, tentunya adalah investasi tadi seharusnya bisa untuk memenuhi kebutuhan kita di masa depan tadi. Dan hal ini sangat tergantung pada tujuannya, profil risiko kita dan produk yang tepat yang kita pilih.
Namun kadang kala orang kurang teliti dalam melakukan investasi. Hasil yang tinggi dan risiko yang rendah menjadi pertimbangan utama. Ini benar tapi sekali lagi belum tepat. Sebab selain hasil dan risiko ada pertimbangan likuiditas yang juga harus menjadi perhatian. sebab akan sangat tidak bermanfaat bila investasi yang kita lakukan, ternyata sangat sulit untuk di uangkan kembali.
Nah hal ini sebaiknya juga menjadi perhatian Dr Rivai. Punya banyak produk property sangat bagus karena risikonya rendah dan hasilnya hampir bisa dipastikan naik. Tapi bagaimana dengan likuiditasnya ? wah produk ini likuiditasnya termasuk yang rendah artinya cukup sulit dicairkan. Property di depan rumah saya, sudah lebih dari 6 bulan belum ada yang melihat atau menawar. Jadi pasti akan bermasalah sekali kalau misalnya Anda ternyata membutuhkan dana cukup cepat.
Jadi saran saya, sebaiknya coba Anda lakukan differensiasi produk investasi Anda. Mungkin sudah saatnya Anda mengurangi atau tidak lagi menambah produk property. Kalau Anda sangat cocok dengan produk yang memiliki bentuk fisik, coba Anda kombinasikan property Anda dengan produk emas. Produk ini jauh lebih likuid dibanding property dengan hasil yang tidak kalah.
Dengan demikian, Anda memiliki produk yang cukup beragam tingkat likuiditasnya. Tapi sekali lagi, pastikan sesuai dengan tujuan Anda. Walaupun likuid, emas sebaiknya jangan ditujukan untuk tujuan investasi di bawah 2 tahun. Ini sekedar saran ya Pak Rivai.
Seperti tema kita saat ini, badan yang gemuk banyak orang mengatakan sebagai simbol kesehatan. Tapi harus kita perhatikan juga, gemuk tersebut termasuk obesitas atau tidak, karena semua yang berlebih tidak lagi menjadi baik tapi bisa menjadi buruk.
Sama seperti investasi, berinvestasi di property bagus. Tapi bila property itu kebanyakan, saya yakin itu bisa jadi bencana pula. Sebab banyak orang yang dananya mandeg di property sehingga mereka harus berutang untuk kebutuhan hidupnya. Dan hal ini cukup membahayakan.

-e-

29 Juli 2009

Nggak Salah Kok Memilih Golf


Sticknya aja seharga Rp.12 juta satu set,

Sepatu aja harus khusus. Nggak ada deh yang harganya dibawah Rp.400 ribu,

Belum lagi membership fee yang harus di tebus sebesar Rp.70 juta. Itu juga masih harus bayar monthly fee dan tip untuk caddy, untuk satu jenis olah raga ini, angka Rp.100 juta bukanlah angka fantastis yang bisa dihabiskan.Ya golf memang bukan olah raga sembarangan. Dibandingkan dengan sepak bola yang hanya membutuhkan tanah datar dan sebuah bola, atau tennis yang cukup mengandalkan raket dan lapangan setengah lapangan bola, maka bermain golf memang jauh lebih mahal. Lapangan yang luasnya minimal 3 hektar, stick yang jumlahnya lebih dari 5 dan harga bola yang tidak murah, harus diakui olah raga ini memang olah raga dengan kelas tertentu. Bagi beberapa orang olah raga ini identik dengan membuang uang. Tapi apakah betul demikian ?

This is me now

Mahal atau tidak, memang sangat relatif. Bila Anda sekali waktu berkunjung ke salah satu kantor pusat bank yang berjejer di seputaran jalan Sudirman Jakarta, Anda akan melihat beberapa karyawan dengan penampilan yang berbeda. Ada yang berbaju seragam putih biasa yang jumlahnya cukup dominan, beberapa orang menggunakan dasi dan tidak berbaju seragam putih dan lebih sedikit lagi yang menggunakan dasi dan jas atau blasser. Kenapa berbeda ? baju yang mereka gunakan menunjukkan status dan mungkin juga posisi mereka di bank tersebut. Untuk mereka yang tidak menggunakan seragam, mereka adalah supervisor dan kepala bagian. Untuk mereka yang berdasi dan jas, posisi mereka minimal kepala divisi. Apakah berarti karyawan yang menggunakan jas membuang-buang uangnya dengan membeli jas ?

TIDAK

Mereka memakai jas karena dengan posisi mereka, mereka memang harus memakai jas dan penghasilan mereka memang sudah diperhitungkan cukup untuk membeli jas. Jadi dengan membeli jas, keuangannya tidak menjadi terganggu.

Begitu juga dengan golf. Bila memang dengan melakukan olah raga golf keuangan Anda tidak terganggu, penghasilan Anda mampu untuk memenuhi seluruh biaya sebagai konsekuensi suatu pilihan dan yang pasti pemilihan tersebut tidak karena dipaksakan. Maka lakukan saja. Toh mungkin dengan struktur penghasilan yang Anda miliki, golf bukan lagi hal yang mahal.

It’s My Class

Hampir sama dengan kasus di atas, adakalanya suatu pilihan terjadi karena Anda memang sudah tidak lagi di “kelas” yang sama. Coba diingat lagi saat kita masih sekolah dulu. Ada kejadian menarik yang sampai saat ini masih saya ingat benar dan mungkin juga masih diingat oleh Anda. Saya dulu merasa sangat bangga bila saya telah melewati satu jenjang pendidikan saya. Misalnya saat perpindahan dari TK ke SD, dari SMP ke SMA dan SMA ke Perguruan Tinggi. Saat itu saya merasa bahwa kelas saya sudah naik dan tidak lagi layak untuk bermain dan bergabung dengan kelas saya yang lama yaitu jenjang pendidikan di bawahnya. Bukan berarti saya sombong, tapi lebih kepada saya sudah tidak lagi menemukan teman yang pas dan permainan yang sesuai.

Pada olah raga golf, hal ini sangat mungkin terjadi. Bila lingkungan sosial Anda adalah para pemain golf, rekan kerja dan relasi juga bermain golf, maka sadarilah bahwa golf adalah kelas Anda saat ini. Jadi kalau relasi kelas saya sekarang olah raganya adalah golf, dan keuangan saya tidak terganggu karena saya berolah raga golf, pilihan Anda untuk tetap berolah raga golf bukanlah menjadi pemborosan atau buang duit.

It’s My Prospect

Mungkin dua alasan di atas tidak ada di diri Anda. Nah mungkin alasan ketiga ini adalah alasan kenapa Anda tetap ber “golf” ria.

Golf saat ini bukan hanya olah raga “plesiran” atau olah raga selingan. Siapa yang tidak kenal Tiger wood ? salah satu selebrity olah raga dan olahragawan terkaya di dunia. Apa artinya ? artinya adalah di golf ada prospek yang bisa di kejar. Harus diakui bahwa disamping biaya yang mahal, dalam hal olah raga, golf adalah salah satu cabang olah raga dengan hadiah yang “wah”. Bahkan tanpa jadi juara pun Anda masih memiliki kemungkinan memperoleh hole in one. Jadi karena prospeknya yang bagus dimasa depan, kalau memang Anda memiliki bakat, kemampuan dan potensi yang besar disini, kenapa tidak terus diasah. Jangan menganggapnya sebagai cost atau biaya. Tapi rubahlah pandangan tersebut menjadi suatu investasi. Ini berarti bila kita menganggap golf sebagai investasi, tentunya kita juga harus memiliki target yang harus dicapai, dan risiko yang harus siap diterima.

Jadi, kalau hanya dipandang dari besarnya uang yang harus dikeluarkan dalam melakukan olah raga golf, memang ini adalah olah raga mahal. Tapi bila keuangan kita ngga masalah dengan kemahalan itu, kelas Anda memang sudah pada tahap itu dan ingin menjadikannya sebagai investasi karena memiliki prospek bagus, maka ngga masalah tuh kita memilih golf sebagai olah raga kita.

Ok guys, keep swing your stick and make the hole in one.

--- SeleSai ---

10 Februari 2009

QnA

ini ada satu tanya jawab yang mungkin menarik untuk di share...


Hallo Mas Eko,

Saya Rita (26) seorang karyawati di perusahaan multinasional di Jakarta. Selama ini sebagai lajang, saya merasa wajar saja untuk menggunakan hasil kerja saya yang saya rasa cukup lumayan untuk dibelanjakan keperluan bulanan saya bahkan sampai tidak bersisa.

Saya ingin sekali bisa sedikit menabung, tapi tiap bulan selalu saja gagal. Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana caranya agar saya bisa sedikit menabung ? sarananya apa ?

Salam

Rita Jakarta

Jawab.

Hallo juga Rita,

Memang sih nggak bisa dipungkiri bahwa membelanjakan penghasilan adalah salah satu moment yang paling mengasyikkan bagi kita. Bayangkan setelah beberapa tahun selalu meminta dari orang tua atau mungkin juga hanya mendapatkan “sumbangan” dari kakak atau saudara kita, saat ini kita bisa dengan bangga dan tanpa merasa bersalah menghabiskan penghasilan yang memang menjadi hak karena kerja keras kita.

Kalau Anda saat ini berpikiran untuyk menabung atau menyisihkan penghasilan Anda, saya kira itu sangat bagus sekali. Dan kalaupun itu sulit, mungkin memang cara yang Anda lakukan untuk menabung salah.

Kalau selama ini Anda menabung menunggu adanya sisa penghasilan, maka mulailah merubah hal tersebut. Percayalah menunggu Anda memiliki uang diakhir bulan adalah lebih sulit dibandingkan mempersiapkannya diawal bulan.

Nah saya berikan beberapa tips agar Anda bisa menabung diawal bulan.

  1. Jadikan biaya rutin bulanan

Nah Rita, tentunya Anda memiliki biaya rutin bulanan yang wajib Anda sediakan untuk kelangsungan hidup Anda selama satu bulan ya ngga?

Misalnya membeli kosmetik, membeli pulsa HP, hang-out, dugem dan sebagainya. Nah agar bisa disisplin menabung, jadikan kegiatan menabung juga sebagai biaya rutin bulanan yang sejak awal bulan setelah menerima gaji Anda persiapkan.

Berapa besarannya? Tentunya makin besar akan makin baik. Tapi saran saya adalah minimal 10%, lebih ok, kurang jangan !

  1. Tentukan tanggal khusus

Apa lagi nih ? Setelah Anda bisa menentukan besaran “biaya rutin” menabung, saatnya menentukan kapan sebaiknya menabung. Saran saya adalah menabunglah maksimal 3 hari setelah uang gaji Anda masuk. Kalau misalnya Anda gajian tanggal 25 tiap bulan, maka maksimal pada tanggal 28 tiap bulan minimal 10% dari penghasilan tersebut harus sudah menjadi tabungan Anda. Coba deh lakukan. Ngga sulit kok.

  1. Buat Rekening khusus

Ini satu lagi yang sebaiknya Anda lakukan. Sebaiknya Anda memiliki rekening khusus tabungan. Dan saran saya buatlah rekening tabungan berjangka yang memang khusus untuk menabung. Tabungan jenis ini berbeda dengan tabungan biasa, Anda tidak bisa dengan gampang mengambil karena tidak dilengkapi dengan ATM dan tidak mudah untuk ditarik karena memang tidak boleh ditarik dalam jangka waktu tertentu. Atau kalau memang berniat untuk menabung jangka panjang, pakai asuransi juga ngga papa Rita. Banyak lo asuransi yang memberikan kemungkinan untuk itu.

  1. Buatlah menjadi mudah

Ada kalanya kita tidak bisa menabung karena kita merasa kesulitan. Bayangkan tiap bulan setelah gajian harus ke bank atau ATM untuk memindahkan dana. Ngga praktis banget deh kayanya. Nah karena itu, saran saya jangan mau dipersulit oleh hal tersebut. Coba deh minta kepada bank tempat kamu menerima gaji, buat perjanjian khusus agar mereka melakukan autodebet tiap tanggal tertentu agar memindahkan sejumlah dana ke rekening tabungan kamu atau ke rekening perusahaan asuransi. Nah dengan begitu tujuan menabung dapat dan Anda tidak kesulitan.

Ok Rita selamat mencoba menabung ya, saya yakin kamu bisa kok. Ingat, menabung sama dengan meminum obat, rasanya pahit tapi yakinlah itu menyembuhkan.

Salam

-e-

29 Januari 2009

Keberhasilan Tidak Terlepas Dari Target



Seorang klien pernah datang ke kantor untuk mengkonsultasikan keadaan usahanya.

“Saya sudah menjalankan usaha toko selama 5 tahun. Tapi terus terang saya ngga pernah merasakan hasilnya tuh.”

Kalau masalah biaya hidup sih selalu terpenuhi, tapi saya nda pernah merasakan hasil dari usaha itu. Apa yang salah ya Pak ?

Asal tahu saja ya Pak, saya sudah disiplin dengan membatasi pengambilan jatah untuk keperluan pribadi yaitu untuk hidup bulanan dan keperluan keluarga ngga pernah lebih dari 5 juta perbulan jadi rekening usaha dan rumah sudah saya bedakan Pak”. Begitu ia bercerita panjang lebar.

Setelah mendengarnya dengan sabar dan sambil sedikit “men-anggukkan” kepala sebagai tanda ikut mendengarkan,saya bertanya pendek.

“ Maaf Pak penjualan Anda per bulan Anda tentukan berapa ?”

Dia sedikit kaget dan agak bingung.

“Kenapa Bapak Tanya ?”

“Saya nggak ngitung tuh, pokoknya pasti ada penjualan wong saya bisa ambil kebutuhan bulanan saya tuh.”

“Pokoknya jalan aja nggak pake ditentuin berapa besarnya segala.Masa jualan kok dipaksain.”

Kata Bapak tersebut tanpa merasa bersalah.

Mengurangi pengeluaran dan membatasi besaran biaya adalah salah satu cara yang biasa dilakukan oleh pengusaha untuk meningkatkan laba. Ini benar dan sama sekali tidak salah.

Tapi harus diingat, bicara tentang laba dan hasil kita tidak hanya berbicara tentang pengeluaran. Laba adalah hasil dari pemasukan dikurangi dengan pengeluaran.

Jadi kalau kita mengharapkan mendapatkan laba dalam jumlah tertentu, ada dua hal yang berpengaruh yaitu pengeluaran yang kita lakukan dan pemasukan yang kita terima.

Dalam kasus klien di atas, ia telah benar dengan disiplin dalam pengeluaran dan memberikan target agar pengeluarannya tidak melebihi dari yang telah ditetapkan.

Tapi ia lupa untuk menargetkan pemasukannya sebagai salah satu komponen yang juga penting dalam menentukan besaran jumlah laba yang diharapkan.

Kalau seorang pengusaha mengharapkan adanya laba atau hasil dari usahanya, ia tidak hanya perlu membatasi pengeluaran dan menargetkan agar pengeluaran tersebut tidak melebihi target. Tapi ia juga harus menargetkan agar penjualan yang dihasilkan harus lebih tinggi dari pengeluaran yang ia lakukan.

Tentukan target adalah cara untuk mencapai keberhasilan dalam berusaha. Setiap bagian dalam usaha harus memiliki target yang mesti dicapai.

Bagian penjualan memiliki target untuk menjual barang atau jasa yang dijual minimal sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Bagian keuangan memiliki target untuk mengurangi pengeluaran agar maksimal sama dengan angka yang ditargetkan.

Bagian service memiliki target untuk mengurangi komplain dari nasabah maksimal sesuai dengan besaran komplain maksimal per bulan .

Bagian maintenance memiliki target agar mesin dan asset yang dimiliki oleh perusahaan agar dapat bekerja optimal minimal sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Jadi semua memiliki target. Tiap bagian ada tugas yang harus dicapai. Ketimpangan salah satu bagian akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan secara keseluruhan.

Sama seperti cerita di atas, membatasi pengeluaran tanpa menentukan besaran target yang harus dijual adalah tindakan sia-sia.

“ Target Anda adalah jalan Anda mencapai keberhasilan”.

Mengenai Koki